Rabu, 29 Agustus 2012

Bobo Edisi XX


"Bangunlah,matahari pagi yg cerah telah menjemputmu.Ia mengucapkan selamat pagi"

     Aku tersenyum,lalu membuka mataku.Tapi semuanya sama saja.Gelap,tanpa seberkas cahaya apapun.Ya,inilah duniaku.Aku berharap,saat pagi datang,aku dapat melihat burung2 yg berterbangan dgn tetes embun di atas dedaunan.itu adalah hal yg biasa bagi anak normal,tetapi merupakan impian bagiku.
     Hari ini hari minggu.Aku tak perlu bersiap-siap berangkat ke sekolah.Aku duduk di meja belajarku,sambil meraba-raba huruf braile yg ada di depanku.Aku lebih senang membaca buku dari pada berjalan-jalan.Bukanya karena aku takut tersesat,tapi aku takut kejadian dulu terulang lagi.
      Saat aku sedang berjalan-jalan,beberapa anak kecil menghampiriku.Aku dapat merasakan tatapan mereka yg mengejek.Kemudian mereka tertawa dan berteriak.
     "Orang buta! Orang buta!" Bahkan mereka melempariku dengan batu2 kecil.Sejak itulah aku lebih suka mngurung diri.
     Aku membutuhkan teman,hingga akhirnya Liz datang.Aku tak tahu siapa dia.Saat kali  pertama mengenalnya,ia berkata,"Aku ada hanya untuk kamu,Via.Karena itu,aku minta kau tidak mengatakan kepada siapapun ttng ku."
     Sejak itulah kami berteman.liz selalu membangunkanku dgn kata2 bijaknya. Liz juga sll ada saat aku sndirian di kamar.Mama sll pulang malam.Aku tahu,Mama berusaha keras agar dapat membiayai operasi mataku.Ah,seandainya saja Papa masih ada ..... .
     Aku mnutup pntu kamar sambil tersenyum.
     "Liz ..."
     "Aku disini.Kau tampaknya sedang bahagia."
     "Ya.Tadi mama bilang,minggu depan aku akn dioperasi."
     Sunyi.Tak ada jawaban."Liz .. ? Apa kau tidak senang ?"
     "Oh.Aku senang.Hanya saja ... . aku takut kau tak mau mengenalku lgi nantinya"
     "liz,kau tak perlu khwatir.Siapapun kamu,darimanapun asalmu , aku tak peduli.Kau adalah sahabat terbaikku"
     "Kau akan berkata lain nanti.Percayalah"
     Aku hendak membuka mulut lagi , tapi Liz tidak mngizinkannya.
     "Dunia itu indah.tapi ingatlah, jgn terjebak oleh keindahan dunia."
     "Liz .. ?" Sunyi tak ada jawaban.Kemana Liz?Dan ... siapa dia ?
                                                                   ***
     Aku terbaring di sebuah ranjang.Suara alat-alat terdengar di telingaku.Aku takut.Kemudian beberapa orang suster dan dokter berbicara,tapi aku tak dapat mendengarkannya lagi.Aku merasa mengantuk.Lalu akupun terlelap.
     Aku tak tahu , apakah aku dalam leadaan sadar / tidak.Yg jelas , aku merasa tubuhku begitu ringan.Suasana begitu sunyi.Aku merasa takut.
    "Via,ini aku Liz .." tiba2 Liz berada di hadapanku."jangan takut,tenanglah.Sebentar lagi kau akan bisa mlihat.Kau akan mnjadi anak yg normal.Kau akan tahu bagaimana indahnya bunga2 di taman dan indahnya biru langit.Aku tahu , kau adalah anak yg baik.Jgn lupakamn mereka yg prnah senasib dgnmu.Ingatlah , betapa sulitnya hidup dlam kgelapan."
     Setelah itu semuanya kembali sunyi.
     "Kau sudah siap ? Sebentar lagi kau kan bisa melihat."
     "Ya dokter.Aku cuma trlalu senang."Aku tertawa kecil.Jantungku berdebar kencang.Mama mnggenggam erat tanganku.
     Dukter memegang perbanku,lalu aku mndengar suara gunting.Perbantu mulai di buka.Aku merasa kepalaku terasa ringan.berlapis2 perban lepas dari kepalaku.
     "Bukalah matamu perlahan2..."
     Hatiku semakin berdebar2.Dan perlahan2 ... aku merasa melihat seberkas cahaya.Lalu,makin lama semuanya tampak jelas.
     Kulihat seorang anita cantik dengan wajahnya yg keibuan.Apakah dia ...
     "Mama?"
     "Oh tuhan,kau bisa melihat , anakku ..." Mama memelukku erat sekali.Aku tahu beliau menangis.
     "Terima kasih dokter!"
     Dokter itu trsenyum
     "Berterimakashlah kpn tuhan,via.Tuhanlah yg telah memberimu penglihatan ini ."
     Setelah itu , dokter pergi dari kamarku.Lalu aku teringat sesuatu. "Liz..."
     "Kau ingin mlihat Liz ?" Tanya Mama.Beliau mengambil sesuatu dari sebelah tempat tidurku, dan mataku terbelalak kaget.sebuah BONEKA ...
     "Di .. dia Liz ?"
     "Ya.Dia Liz .Kau sangat menyayangi dia,kan? Mama tahu kau suka berbicara dengannya.Papamu yg memberikannya sebelum ia meninggal."
     Aku semakin tak percaya.tiba tiba ku lihat bibirnya bergerak perlahan , seolah2 mengatakan selamat tinggal.Apakah ini khaylanku ? Bulu kudukku merinding.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar